Gelagat Liar melandasi edisi perdana Festival Pertunjukan Belum-Sudah/Not-Yet Performance Festival. Gelagat Liar memantulkan gagasan bahwa ruang pertunjukan adalah ruang pertemuan dunia yang jamak akan sejarah dan masa depan yang menjalar dan tak tunggal: soal ketubuhan, gender, ras, dan lokasi budaya. Gelagat Liar menandai praktik-praktik pertunjukan yang berangkat dari celah dan retakan pada arsip, norma sosial, konvensi artistik, maupun skenario kuasa tertentu.

Merespons jejak semangat “bacaan liar” yang dulu dianggap subversif, festival ini menempatkan karya sebagai taktik: bukan dalam logika oposisi biner, melainkan sebagai usulan dan pancaran atas kemungkinan. Melalui sembilan karya yang ditumbuhkan bersama-sama dan berakar pada jaringan pengetahuan serta kerja lintas generasi dan latar budaya, festival ini menelusuri bentuk-bentuk resistensi yang membiakkan keberagaman, kontradiksi, juga tegangan.

Dalam festival ini, penonton tidak diposisikan secara pasif tetapi diundang untuk terlibat aktif: melihat secara lekat, mencari, menavigasi, dan membincangkan bentuk-bentuk ‘keliaran’ yang tumbuh dari persimpangan dan percabangan pengalaman serta pengetahuan. Keliaran ini turut mencakup residu dari ragam pertemuan hingga pembayangan tentang keterhubungan, yang kemudian diperluas melalui sebuah simposium berkerangka reparatif. Festival, dengan demikian, diarahkan sebagai sebuah ‘pasar harian’ yang sosial dan afektif, tempat orang-orang bertemu dan berbagi sumber daya, pulungan, cara hidup ditelisik ulang, dicobakan, dirawat dan dirayakan bersama.

Festival ini bergerak dalam ketegangan Belum–Sudah, merespons utopia yang berpijak pada penghargaan atas sejarah, potensi, dan kemungkinan-kemungkinan yang menjalar dan beragam. Kita tidak berdiri di ambang dunia baru, tetapi di reruntuhan dunia lama: mengamati, merabai, membuka jalan yang belum sepenuhnya terpetakan untuk menciptakan sejarah dari dunia yang lebih baik hari ini, dengan cara mengumpulkan serpihan, menafsir sisa-sisa, dan membaca kemungkinan dari yang tercecer. Utopia yang demikian memanggil sebentuk jejalar solidaritas untuk bersama-sama mengupayakan suatu dunia adil-setara-terbuka hari ini.